Ega Candra Fauriza

Visit Ega Candra Fauriza's Website on http://www.egacandrafauriza.co.nr/

Ega Candra Fauriza

Visit Ega Candra Fauriza's Website on http://www.egacandrafauriza.co.nr/

Ega Candra Fauriza

Visit Ega Candra Fauriza's Website on http://www.egacandrafauriza.co.nr/

Ega Candra Fauriza

Visit Ega Candra Fauriza's Website on http://www.egacandrafauriza.co.nr/

Ega Candra Fauriza

Visit Ega Candra Fauriza's Website on http://www.egacandrafauriza.co.nr/

Sabtu, 18 Desember 2010

Line Tracer or Lone Follower

Line Follower
Track Line Follower


ABSTRAKSI
Robot pengantar surat merupakan alat yang berfungsi  untuk mengantar surat dari satu
ruangan ke ruangan yang lain secara otomatis. Tujuannya adalah untuk menggantikan manusia
dalam  mengirimkan  surat  di  area  perkantoran.  Komponen  utama  dari  alat  ini  terdiri  dari
pasangan led inframerah dan fotodioda yang digunakan untuk mendeteksi garis pada lintasan,
komparator  sebagai  penyelaras  sinyal,  mikrokontroler  untuk  mengontrol  seluruh  pergerakan
robot berdasarkan pembacaan sensor, buzzer sebagai alarm, dan motor DC untuk menggerakan
robot.  Kesimpulan  yang  dapat  di  ambil  dari  perancangan  robot  pengantar  surat  ini  adalah
robot  dapat  berfungsi  dengan  baik  sesuai  dengan  perancangan  yaitu  mengirimkan  surat  ke
setiap ruangan dan kembali ke tempat semula robot tersebut mengirimkan surat secara otomatis.
Kata  Kunci  :  Sensor,  Robot,  Mikrokontroler,  Otomatis.
PENDAHULUAN
Saat  ini  teknologi  elektronika  semakin
berkembang   pesat,   khususnya   teknologi
yang     berhubungan     dengan     pengontrol
otomatis,  sehingga  manusia  selalu  mencari
proses  otomatisasi  yang  pengoperasiannya
dapat  digunakan  dengan  mudah.  Salah  satu
teknologi    elektronika    otomatisasi    yang
berkembang saat ini adalah bidang robotika. 
Robotika  bukanlah  sesuatu  yang  baru
saat ini, sehingga  pengembangan dari robot
ini sudah banyak dilakukan dalam segala hal
pengaplikasiannya.    Dimana     hampir    di
semua     kalangan     meminati     dan     juga
menggunakannya.    Salah    satunya    adalah
robot  pengikut  garis  (line  follower  robot).
Yang pada penulisan akhir ini diaplikasikan
sebagai  robot  pengantar  surat  pada  ruang
perkantoran  ,  dimana  robot  akan  bergerak
dengan  mengikuti  lintasan  yang  dirancang
sedemikian   rupa   sesuai   dengan   kondisi
ruangan  dimana  robot  akan  ditempatkan.
Untuk   itu   judul   tugas   akhir   ini   adalah
“Rancang  Bangun  Robot  Pengantar  Surat
Menggunakan   Mikrokontroler   AT89S51”.
Alat  ini  dikendalikan  oleh  sebuah  program
yang  dibuat  dengan  menggunakan  bahasa
assembly.
LANDASAN TEORI
Line  Follower  Robot  adalah  robot
yang    biasa    bergerak    mengikuti    garis
panduan.   Garis   pandu    yang   digunakan
dalam   hal   ini   adalah   garis   putih   yang
ditempatkan  di  atas  permukaan  berwarna
gelap, ataupun sebaliknya, garis hitam yang
ditempatkan    pada    permukaan    berwarna
putih  (cerah).  Menurut  Priyank  Patil  dari
Departemen  of  Information  Technology,  K.
J. Somaiya College of Engineering Mumbai,
India,  Line  Follower  adalah  sebuah  mesin
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua  NPM : 10405805
yang dapat berjalan mengikuti suatu lintasan
jalur (path).
Untuk  pembuatan  robot  pengantar
surat         menggunakan         mikrokontroler
AT89S51          menggunakan          beberapa
komponen anatra lain:

Dioda Pemancar Cahaya (LED)
  LED  Inframerah  adalah  dioda  yang
dapat memancarkan cahaya dengan panjang
gelombang  lebih  panjang  dari  cahaya  yang
dapat   dilihat,   tetapi   lebih   pendek   dari
gelombang  radio  apabila  LED  inframerah
tersebut  dialiri  arus.  LED  digunakan  untuk
memantulkan  cahaya  antara  cahaya  cerah
dan gelap ke fotodioda.

Photodioda
   Photodioda    adalah    sebuah    dioda
semikonduktor    yang    berfungsi    sebagai
sensor     cahaya.     Photodioda      memiliki
hambatan   yang   sangat   tinggi   pada   saat
dibias     mundur.     Hambatan     ini     akan
berkurang ketika photodioda disinari cahaya
dengan   panjang   gelombang   yang   tepat.
Sehingga    photodioda    dapat    digunakan
sebagai        detektor        cahaya        dengan
memonitoring       arus       yang       mengalir
melaluinya.

Transistor
 Prinsip   dari   pemakaian   transistor
adalah  transistor  yang  dioperasikan  dalam
dua   keadaan   yaitu   keadaan   kerja   penuh
(saturation) dan keadaan tidak bekerja sama
sekali (cut off). Perubahan keadaan dari satu
ke  yang  lainnya  dapat  berupa  perubahan
tegangan dan arus.

Relay
Prinsip kerja pada relay adalah pada
saat   kumparan   dialiri   arus,   maka   akan
menimbulkan  magnet  pada  intinya,  dengan
adanya  magnet  pada  intinya  maka  jangkar
atau  angker  akan  tertarik  oleh  inti.  Dengan
ditariknya  jangkar  oleh  inti  maka  kontak-
kontak      relay      berubah      posisi      dan
menyebabkan relay akan terhubung. 

Operational Amplifier ( Op-Amp )
  Op-Amp   adalah   sebuah   amplifier
diferensial dasar yang memiliki gain voltase
yang  besar,  impedansi  input  yang  sangat
tinggi,  dan  impedansi  output  yang  rendah.
Op-Amp terdiri dari input "inverting" atau (-
)  dan  input  "non-inverting"  atau  (+),  serta
sebuah  output.  Op-Amp  pada  perancangan
ini        digunakan        sebagai        rangkaian
pembanding  (komparator)   yang   berfungsi
untuk   membandingkan   2   buah   tegangan
masukan, yaitu V+ atau yang disebut dengan
tegangan  tak  membalik  (non  inverting)  dan
V-   atau   yang   disebut   dengan   tegangan
membalik (inverting).

Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler AT89S51 merupakan
salah satu jenis Mikrokontroler CMOS 8 bit
yang memiliki performa yang tinggi dengan
disipasi  daya  yang  rendah,  cocok  dengan
produk MCS-51. Kemudian memiliki sistem
pemograman   kembali    Flash   Memori   4
Kbyte    dengan    daya    tahan    1000    kali
write/erase.   Pada   perancangan   alat   ini,
mikrokontroler     ini     digunakan     sebagai
pengontrol   robot   pada   saat   pembacaan
sensor dan menggerakan motor DC.

IC L298
IC  L298  merupakan  IC  buatan  SG5
Thomson       Microelectron       Inc.       yang
digunakan  untuk  mengontrol  motor.  L298
menggunakan prinsip kerja  H-Bridge  motor
drive.   Didalam   L298   terdapat   dual   full
bridge  sehingga  dapat  mengontrol  2  motor
DC   sekaligus   dengan   kemampuan   arah
motor bolak-balik (bidirectional).
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua  NPM : 10405805
Motor DC
  Motor DC adalah suatu  motor yang
mengubah   energi   listrik   searah   menjadi
energi  mekanis  berupa  tenaga  penggerak
torsi.  Motor  DC  digunakan  dimana  kontrol
kecepatan    dan  kecepatan  torsi  diperlukan
untuk  memenuhi  kebutuhan  aplikasi. Motor
DC dapat dikendalikan oleh mikrokontroller
dengan  menggunakan  metode  PWM  (Pulse
Width  Modulation).  Metode  Pulse  Width
Modulation  (PWM)  adalah  sebuah  teknik
yang  digunakan  untuk  mengatur  kecepatan
sebuah   motor   DC   yaitu   dengan      cara
membuat gelombang persegi  yang memiliki
perbandingan pulsa high terhadap pulsa low
tertentu,  biasanya  diskalakan  dari  0  hingga
100%.
METODE PENELITIAN
Adapun    metode    penulisan    yang
digunakan        dalam        menyusun        dan
menganalisa tugas akhir ini adalah:

a.   Studi Pustaka 
Metode         penulisan         yang
digunakan    dalam    penulisan    ini
adalah studi pustaka, dimana penulis
menggunakan      beberapa     sumber
tertulis  berupa  buku-buku  pustaka,
situs  internet,  buku-buku  referensi,
datasheet    dan    jurnal-jurnal    yang
berkaitan   sebagai   bahan   referensi
dan perbandingan. 
b.  Perancangan Alat 
Penulis     menjelaskan     tahapan
yang  berkaitan  dengan  perancangan
alat, sebagai berikut :
   Mengumpulkan  bahan-bahan
yang     akan     dipergunakan
untuk perancangan alat.
   Melakukan  perencanaan  dan
perancangan        alat    robot
pengantar surat menggunakan
mikrokontroler AT89S51.
   Melakukan  kegiatan-kegiatan
atau           percobaan           di
laboratorium     yang     dapat
menunjang perencanaan alat.
c.   Pengujian alat
Peralatan    yang    telah    dibuat
kemudian  diuji  apakah  telah  sesuai
yang telah direncanakan.

PEMBAHASAN  DAN           HASIL
PENGUJIAN
Perancangan      alat      pada      robot
pengantar  surat  secara  garis  besarnya  dapat
digambarkan   dalam   satu   blok   diagram
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Blok Diagram Rangkaian

Rangkaian Sensor
Sensor  merupakan  suatu  alat  yang
dapat   menerima   suatu   inputan   tertentu
sesuai  dengan  jenisnya.  Rangkaian  sensor
merupakan   alat   yang   berfungsi   sebagai
pendeteksi  arah  gerakan  robot.  Robot  dapat
bergerak ke arah kanan maupun ke arah kiri
ditentukan   oleh   rangkaian   sensor   yang
membaca garis hitam pada track robot.
Pada   perancangan   alat   ini   sensor
yang   digunakan   adalah   photodioda   yang
peka     terhadap     sinar     terutama     sinar
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua  NPM : 10405805
inframerah.    LED    inframerah    berfungsi
sebagai    pemancar    (transmitter)    cahaya
inframerah    dan        photodioda    sebagai
penerima (receiver).
Pengambilan      data      pada      blok
rangkaian      sensor      dilakukan      dengan
menempelkan  sensor  garis  ke   alas   yang
berwarna putih dengan alas berwarna hitam.
Pengujian    sensor    ini    ditujukan    untuk
membandingkan        besarnya        tegangan
keluaran    sensor    pada    saat    photodiode
mendeteksi adanya cahaya (terang) dan pada
saat  photodiode  mendeteksi  tidak  adanya
cahaya  (gelap).  Gambar  titik    pengambilan
data   pada   blok   rangkaian   sensor   dapat
dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 2 Titik Pengujian Blok Rangkaian
Sensor

Berikut  ini  tabel  yang  menunjukkan
besarnya tegangan masukan pada saat sensor
mengenai  alas  berwarna  putih  (terang)  dan
mengenai garis hitam (gelap):

Tabel 1 Hasil Pengujian Pengukuran
Tegangan Pada Sensor
 (Kondisi Terang)




Photodioda        Titik A
Tegangan
Photodioda
Titik B
Tegangan
non-
inverting
(V)
Titik C
tegangan
Komparator
(V)
    
     
1  0.16  1  4.96
2  0.13  1  4.96
3  0.12  1  4.96
4  0.12  1  4.96
5  0.12  1  4.96
6  0.2  1  4.96
7  0.17  1  4.96
8  0.15  1  4.96

    Tabel 2 Hasil Pengujian Pengukuran
Tegangan Pada Sensor
(Kondisi Gelap)

Photodioda        Titik A           Titik B  Titik C
Tegangan
photodiode
(V)
Tegangan      Tegangan
Komparator
(V)
   non-
Inverting
(V)
 
1  2.43  1  0.5
2  2  1  0.5
3  2,5  1  0.5
4  2.2  1  0.5
5  2.37  1  0.5
6  3.7  1  0.5
7  2.6  1  0.5
8  2.2  1  0.5
   Pada  saat  photodioda  berada  pada
kondisi    terang    atau    beralaskan    putih 
tegangan   pada   kaki   non-inverting   lebih
besar   dari   pada   tegangan   kaki   inverting
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua  NPM : 10405805
maka     kedua     tegangan     tersebut     akan
dibandingkan  dan  tegangan  keluaran  dari
komparator akan mengeluarkan kondisi high
±90% VCC yaitu  sebesar 4.96 V atau high. 
Pada  saat  photodioda  berada  pada
kondisi    gelap    atau    beralaskan    hitam
tegangan pada kaki non-inverting lebih kecil
dari   pada   tegangan   kaki   inverting   maka
kedua  tegangan  tersebut  akan  dibandingkan
dan tegangan keluaran dari komparator akan
mengeluarkan kondisi low  yaitu sebesar 0,5
Volt.

Penyelaras Sinyal (Komparator)
Pada    mikrokontroler,   input    yang
diberikan harus berupa sinyal digital yaitu 1
atau  0.  Namun  output  pada  sensor  masih
berupa    sinyal    analog    yang    bervariasi
keadaannya.   Oleh   karena   itu   diperlukan
rangkaian  yang  dapat  menyelaraskan  sinyal
analog tersebut ke dalam sinyal digital. Pada
rangkaian, komponen yang digunakan untuk
menyelaraskan     sinyal     tersebut     adalah
komparator  seperti  yang  ditunjukkan  pada
Gambar 2.


Gambar 2 Komparator sebagai  Penyelaras
Sinyal
Cara  kerja  dari  penyelaras  sinyal  di
atas    adalah     membandingkan    tegangan
sebuah  masukan  dengan  tegangan  masukan
lainnya. Adanya sedikit perbedaan tegangan
di  antara  kedua  masukan  akan  membawa
Op-Amp  ke  dalam  daerah  saturasi.  Arah
saturasi  keluaran  ditentukan  oleh  polaritas
sinyal masukan. 
Pada saat tegangan masukan terminal
non   inverting   lebih   besar   dibandingkan
dengan tegangan masukan terminal inverting
atau V+ > V- maka output akan  menuju ke
daerah saturasi positif atau Vo = Vcc .  
Sebaliknya    pada    saat    tegangan
masukan  terminal  non-inverting  lebih  kecil
dibandingkan   dengan   tegangan   masukan
terminal   inverting   atau   V+   <   V-   maka
keluaran    akan    menuju    daerah    saturasi
negatif atau Vo =  –Vcc. 

Control
Blok  control  ini  merupakan  jantung
rangkaian   sebagai  pengontrol  utama  dari
keseluruhan    rangkaian,    dimana    sebagai
pengontrol   digunakan   IC   mikrokontroller
AT89S51.    Pada    perancangan    alat    ini
digunakakan  port  0  (P0),    port  2  (P2)  dan
Port     3     (P3).     Untuk     lebih     jelasnya
penggunaan   port   mikrokontroler   terlihat
seperti tabel 3.
Tabel 3 Penggunaan Port
Mikrokontroler



Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua  NPM : 10405805
Indikator Buzzer
Blok    output    untuk    buzzer    pada
rangkaian     ini     menggunakan     transistor
dengan   tipe   S9013.   Berikut   ini   adalah
gambar  blok  rangkaian  buzzer  dapat  dilihat
pada gambar 3  berikut
Gambar 3 Blok Rangkaian Indikator Buzzer

Indikator     buzzer     ini     diaktifkan
dengan      menggunakan      relay.      Untuk
mengaktifkan     relay     maka     diperlukan
transistor yang berfungsi sebagai saklar dan
untuk  membuat  transistor  aktif  diperlukan
tegangan    keluaran    dari    mikrokontroller
sebesar   5   V   (high)   sehingga   transistor
menjadi  saturasi.  Dengan  kondisi  transistor
menjadi saturasi maka relay akan aktif.

Data Perhitungan:
Ketika  kondisi  input  pada  transistor  adalah
high, maka :
Rb
Vbe Vbb
Ib

 



K
V         V
Ib
10
7.0      5

Ib   =  0,43 mA
Data Pengukuran:
Vin = 4,9 Volt
Ib   =  0,42 mA
Kesalahan Persentase  Output
Mikrokontroler =  %2    %    100
5
9,4      5


x
V
V         V

Kesalahan Persentase    Ib  =
%  32  ,2    %    100
43  ,0
42  ,0 43  ,0


x
mA
mA mA


Tabel 4 Pengaruh Tegangan Output
Mikrokontroler Terhadap Transistor
Output
Mikrokontroler
(V)
Keadaan
Buzzer 
Ib
(mA)
Ic
(mA)
VCE
Keadaan
Transistor
0
Tidak
Aktif
0        0,02     12,6      Cut Off
4,9  Aktif        0,42       16        0,1       Saturasi
Rangkaian Penggerak Motor
Pada perancangan alat ini digunakan
sebuah  motor  DC  sebagai  penggerak  robot
yang digerakkan menggunakan IC L298  IC
L298  akan  aktif  jika  menerima  tegangan
input  yang  masuk  adalah  high  sebesar  5V,
yang berasal dari P3.0, P3.1, P3.2, dan P3.3
untuk mengaktifkan driver penggerak motor
DC.  Kemudian  IC  ini  akan  menggerakkan
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua  NPM : 10405805
motor DC sesuai kecepatan yang diinginkan
dengan  menggunakan  metode  PWM  (Pulse
Width  Modulation).  Pin  enable  A  dan  B
terletak    pada    port    3.6    dan    3.7    pada
mikrokontroller.   Pin-pin   enable   tersebut
digunakan  untuk  mengendalikan  kecepatan
motor. 
  Berikut  ini  rangkaian  IC  L298  yang
digunakan  untuk  menggerakan  motor  DC
dapat dilihat pada gambar 4.
 
Gambar 4 Rangkaian Penggerak Motor DC
Pada rangkaian penggerak motor DC
menggunakan teknik PWM untuk  mengatur
putaran  motornya.  Sehingga  perlu  di  uji
sinyal   PWM   tersebut.   Pengujian   sinyal
PWM  dilakukan  dengan   mengukur   lebar
pulsa  low  dan  high  dari  sinyal  PWM  yang
dikeluarkan         dengan         menggunakan
oscilloscope.  Pengujian  ini  bertujuan  untuk
mengetahui  sinyal keluaran  yang dihasilkan
PWM pada IC L298. Dalam hal ini menguji
duty  cycle  sinyal  PWM  yang  dipakai  untuk
mengukur   kecepatan   putaran   motor   roda
robot. 
Pengambilan  data  pada  oscilloscope
diambil  pada  pin  17  mikrokontroler  yang
tersambung dengan pin enable IC L298 kaki
12.  Berikut  ini  adalah  gambar  hasil  analisa
pengujian sinyal PWM yang digunakan pada
motor DC dengan  Amplitudo (volt/div) = 1
V  dan  (time/div)  =  0,1  ms.  Dimana  satu
periode gelombang sinyal tersebut sebesar : 
T = 2,6 x (0,1 . 10 -3 ) sec
T = 2,6 . 10 -4   sec
T = 0,26 ms
Pada gambar 5, 6, 7, dan 8 memiliki
tingkat tegangan  yang sama  yaitu 4,8 kotak
untuk satu gelombang penuh (peak to peak)
pada  oscilloscope.  Dengan  demikian  bisa
diketahui     bahwa     tegangan     gelombang
tersebut sebesar
V = Jumlah kotak (peak to peak) x Volt/div
V = 4,8 x 1 Volt/div = 4,8 Vpp.


Gambar 5 PWM Duty cycle 20% Pada Pin
17 Mikrokontroler dengan Ton = 0,04 ms,
Toff = 0,22 ms dan Amplitudo 4,8 Vpp.
 
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua  NPM : 10405805

Gambar 6 PWM Duty cycle 40% Pada Pin
17 Mikrokontroler dengan T on  = 0,12 ms,
Toff = 0,14 ms dan Amplitudo 4,8 Vpp

Gambar 7 PWM duty cycle 60% Pada Pin
17 Mikrokontroler dengan Ton = 0,16 ms,
Toff = 0,1ms dan Amplitudo 4,8 Vpp


Gambar 8 PWM Duty cycle 80% Pada Pin
17 Mikrikontroler denga Ton = 0,18 ms,
Toff = 0.09 ms dan Amplitudo 4,8 Vpp
Ketika  motor  DC  diberi  pulsa  maka
motor  akan  bergerak  sesuai  dengan  pulsa
yang diberikan dan tampilan pada osiloskop
juga   berubah   sesuai   dengan   pulsa   yang
diberikan. Untuk dapat menggerakkan robot
sesuai dengan teknik PWM, maka pada  saat
robot   maju   dan   belok   dapat   ditentukan
sesuai  dengan  lebar  pulsa  yang  diberikan
pada  motor  DC.  Kemudian  untuk  membuat
robot  maju  atau  mundur  maka  pada  motor
DC  kiri  dan  kanan  robot  diberikan  pulsa
yang   sama   dan   sebaliknya   untuk   dapat
menggerakkan  robot  belok  ke  kanan  atau
kiri  maka  pada  motor  DC  kiri  dan  kanan
robot diberikan pulsa yang berbeda.

Perancangan  Program  Dengan  Diagram
Alir (Flowchart)
  Pada  pembuatan  alat  ini  dibutuhkan
program untuk mengendalikan semua proses
kerja    dari    robot.    Untuk    memudahkan
pembuatan  program  diperlukan  flowchart.
Untuk  membuat  flowchart  pada  robot  yang
pertama        harus        dilakukan        adalah
mempersiapkan   seluruh   rangkaian   robot
pengantar  surat,  yang  terdiri  dari  rangkaian
sensor,     rangkaian     driver     motor     dan
mikrokontroller  dihubungkan  sesuai  dengan
jalur pengawatannya. Kemudian robot dapat
ditempatkan   di   jalur   lintasannya.   Untuk
lebih   memaksimalkan   kinerja   dari   robot
tersebut,  maka  terlebih  dahulu  mengecek
seluruh  kerangka  dan  rangkaian  pada  robot
apakah  dipasang  dengan  benar  dan  akurat.
Hal  ini  dapat  mempengaruhi  kinerja  robot
apabila  terdapat  pemasangan  yang  kurang
sempurna.
  Pada  gambar  9  dan  10  dapat  dilihat
flowchart    program    utama    dari    robot
pengantar       surat       (mailbot)       berbasis
mikrokontroler AT89S51.



Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua  NPM : 10405805
Gambar 9 Flowchart Program Utama
Robot


Gambar 10 Flowchart Program Utama
Robot (lanjutan)
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua  NPM : 10405805
Setelah  perancangan  software  telah
dilakukan     langkah     selanjutnya     adalah
menguji  software  tersebut  ke  jalur  lintasan.
Pengujian  ini  dilakukan  untuk  mengetahui
keberhasilan   robot   dalam    mengantarkan
surat  dari  awal  penempatan  robot  hingga
kembali lagi ke tempat awal tersebut. Robot
akan  masuk  ke  setiap  ruangan  dan  berhenti
di   setiap   ruangan   dengan   membunyikan
buzzer   sebagai   alarm    masuknya   robot.
Ruangan yang digunakan pada pengujian ini
sebanyak    4    ruangan.    Pengujian    akan
dilakukan  sebanyak  5  kali.  Sehingga  hasil
yang  didapat  akan  ditunjukkan  ke  dalam
tabel 5 berikut. 

Tabel 5 Pengujian Robot Pengantar Surat
Percobaan
Ruangan
Total
Waktu
A  B  C  D
Mailbot
Room
1  v     22 Detik     v     22 Detik     v
26
Detik
v      23 Detik     x     17 Detik     2 Menit
2  v     21 Detik     v     24 Detik     v
25
Detik
v      23 Detik     v     12 Detik
1 Menit
50 Detik
3  v     23 Detik     v     24 Detik     x
34
Detik
v      22 Detik     v     11 Detik
1 Menit
56 Detik
4  v     23 Detik     v     24 Detik     v
25
Detik
v      24 Detik     v     10 Detik
1 Menit
46 Detik
5  v     23 Detik     v     23 Detik     v
26
Detik
v      24 Detik     x     20 Detik
1 Menit
55 detik
Rata-Rata         22,4 Detik         23,4 Detik        27,2 Detik         23,2 Detik           14 Detik         2 Menit

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan  yang dapat diambil dari
perancangan      robot      pengantar      surat
menggunakan  mikrokontroler  AT89S51  ini
adalah :



1.  Robot  berfungsi  dengan  baik
sesuai   dengan   perancangan
jalur     yang     dibuat     yaitu
mengirimkan  surat  ke  setiap
ruangan    dan    kembali    ke
tempat  semula  robot  tersebut
mengirimkan    surat    secara
otomatis.
2.  Dari  hasil  percobaan,  tingkat
keberhasilan  robot
mengirimkan  surat  dari  satu
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua  NPM : 10405805
ruangan ke ruangan yang lain
sebesar     90%.     Kegagalan
terjadi     pada     saat     robot
menemui          persimpangan
dimana      robot      melewati
persimpangan  tersebut.
Penyebabnya       dikarenakan
tingkat    kesensitifan    sensor
masih kurang baik. 
3.  Jarak   yang   ditempuh   dari
tempat          awal          robot
mengirimkan      surat      dan
kembali  ke  tempat  tersebut
sebesar   6,8   meter   dengan
durasi rata-rata waktu selama
2 menit. 

Saran  
Berikut      ini      adalah      beberapa
tambahan       yang       diperlukan       dalam
meningkatkan kemampuan robot: 
1.  Agar   keseluruhan   alat   ini
berfungsi    secara    otomatis
tanpa   adanya   bantuan   dari
pihak  manusia,  maka  robot
dapat    dilengkapi    mekanik
pengambilan dan penerimaan
surat  secara  otomatis  dimana
surat diletakan.
2.  Pada  perancangan  robot  ini,
robot       berjalan       dengan
memprioritaskan  berbelok  ke
kiri,  maka  lebih  baik  robot
dapat bergerak ke segala arah
secara      fleksibel      dengan
menambahkan  program  pada
mikrokontroler. 
3.   Robot      masih      melewati
persimpangan  jalur
dikarenakan  tingkat
kesensitifan    sensor    masih
kurang  baik,  maka sebaiknya
sensor   harus   dikalibrasikan
dengan  baik  saat  pembacaan
kondisi   terang   dan   kondisi
gelap.

DAFTAR  PUSTAKA
Malvino,  Albert  Paul  Ph.D,  Prinsip-prinsip
Elektronika,  Erlangga,  Jakarta,
Agustus 1981.
 IC  Datasheats,  URL  :
http://www.alldatasheats.com,
Agustus 2009.
Malvino,  Albert  Paul  Ph.D,  Aproksimasi
Rangkaian Semikonduktor, alih
bahasa,   Semiconductor   circuit
approximations,           Erlangga,
Jakarta, Agustus 1985.     
Clayton,    George    and    Steve    Windert,
Operational   Amplifiers,   Edisi
Kelima, Erlangga, Jakarta, 2004. 
Putra,          Agfianto          Eko,          Belajar
Mikrokontroller
AT89C51/52/55     (Teori     dan
Aplikasi),   Edisi   Kedua,   Gaya
Media, Yogyakarta, 2004.

Suyadhi,  Taufiq  Dwi  Septian,  Build  Your
Own    Line    Follower    Robot,
ANDI,    Yogyakarta,    Agustus
2008.
Budiharto,     Widodo,     Membuat     Robot
Cerdas,           Elex           Media
Komputindo,      Jakarta,      Juni,
2006.
Budiharto,    Widodo,    10    Proyek    Robot
Spektakuler,       Elex       Media
Komputindo, Jakarta

Minggu, 31 Oktober 2010

ega

dddtt

Selasa, 12 Oktober 2010

Proposal KTI


BUAH GERSEN PEMBERANTAS ASAM URAT

                                                   








2010

Disusun Oleh :
*Ega Candra Fauriza   ( 105396 )
*Intan  Magfiroh   ( 105446 )
*Nining Nur Laili Rahma  ( 105499 )
*Sadna Nugraha     ( 105547 )
*Zunifa Laila Rizqina    ( 105599 )

                                                          UPTD SMA NEGERI 3 JOMBANG
Jalan Dr. Sutomo 75. Telp. (0321) 861439 Jombang
Jawa Timur





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kebanyakan buah-buahan yang melimpah jumlahnya dan mudah kita dapatkan yang ada di sekitar kita masih sangat  jarang dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya. Dikarenakan kebanyakan dari mereka belum mengetahui kandungan zat-zat yang terdapat di dalamnya serta bagaimana cara mengolah dan menjadikan buah-buahan yang dianggap tidak berkelas tersebut agar menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi. Kebanyakan dari mereka merasa gengsi untuk mengonsumsi buah-buahan tersebut. Padahal, jikalau kita mau memanfaatkannya, buah-buahan tersebut akan menjadi sesuatu yang sangat berguna bagi kita, misalnya saja untuk bahan obat penyakit kronis. Sebenarnya sangat banyak buah-buahan yang berpotensi tinggi untuk bahan dasar pembuatan obat-obatan kronis yang berada di lingkungan sekitar kita, akan tetapi mengapa kebanyakan masyarakat tidak memperlakukannya dengan baik, malah mereka menggolongkannya sebagai buah tak berkelas dan rendahan. Salah satu diantaranya adalah buah kersen / gersen (Muntingia calabura) yang menjadi objek penelitian kami.
Berdasarkan pengamatan kami, pohon-pohon buah gersen (Muntingia calabura) tumbuh subur dan tersebar di perkotaan kami, tapi buah – buah gersen (Muntingia calabura) tersebut terbuang percuma karena tidak ada yang mau mengambilnya dan mengonsumsinya, karena mereka berpikiran bahwa mengonsumsi buah kersen (Muntingia calabura) itu sudah ketinggalan zaman, mereka lebih menyukai buah – buahan yang berkelas tinggi, misalnya apel, leci, cherry, anggur dan lain- lain, sehingga buah – buah gersen (Muntingia calabura) sama berjatuhan tiada yang mau mengonsumsinya. Kami merasa prihatin dengan kejadian tersebut, sehingga kami mempunyai sebuah pemikiran untuk mengolah buah – buah kersen (Muntingia calabura) tersebut agar menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi, dan kami juga ingin mengetahui bahwa buah gersen (Muntingia calabura) tersebut apakah mengandung senyawa – senyawa yang bisa menyembuhkan  suatu penyakit, khususnya penyakit kronis. Dan juga kami ingin membuat suatu obat alami yang bisa digunakan sebagai pengganti obat sintetis. Sehingga dengan adanya penelitian ini masyarakat akan lebih merawat dan memberikan perhatian terhadap buah – buah yang dianggap berkelas rendah yang berpotensi tinggi untuk mengobati suatu penyakit. Sehingga suatu kelangkaan tumbuh – tumbuhan tersebut bisa dicegah secara tak langsung.













1.2 Rumusan Masalah
                 Supaya kita lebih terarah dalam membahas permasalahan yang dihadapi, dan supaya tidak menimbulkan penafsiran yang ambigu, maka diperlukan sebuah rumusan masalah sebagai berikut :
☻ Bagaimanakah keadaan status buah gersen yang tumbuh di daerah perkotaan pada umumnya?
☻ Bagaimanakah cara untuk memanfaatkan buah gersen (Muntingia calabura)  tersebut supaya bisa bernilai ekonomi tinggi dan digemari masyarakat?
☻ Apakah zat – zat yang terkandung di dalam buah gersen (Muntingia calabura) bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan obat suatu penyakit?


1.3 Tujuan Penelitian
                Setiap penelitian pastilah mempunyai tujuan – tujuan yang ingin dicapai, seperti halnya penelitian yang kami buat. Dalam penelitian mengenai buah gersen (Muntingia calabura) ini kami mempunyai penelitian – penelitian yang tersebut di bawah ini :

☻ Untuk mendapatkan suatu arah dan cara dalam pemanfaatan buah gersen (Muntingia calabura) supaya bisa digemari masyarakat.
☻ Untuk mendapatkan suatu kepastian apakah buah gersen (Muntingia calabura) bisa dijadikan sebagai sebuah bahan dasar suatu penyakit.
☻ Untuk memberikan suatu info atau sosialisasi kepada masyarakat bahwa ternyata buah –  buah yang dianggap berkelas rendah tersebut mempunyai sebuah keistimewaan.
     

1.4 Manfaat Penelitian
            Kami sangat mengharapkan penelitian ini memiliki  manfaat - manfaat sebagai berikut  :
[     Mendapatkan suatu pengetahuan dan pengalaman dalam cara dan teknik mengolah buah kersen (Muntingia calabura) tersebut agar menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi dan digemari masyarakat pada umumnya.
[     Memberikan sebuah informasi tentang teknik yang tepat untuk mengolah buah gersen (Muntingia calabura) tersebut.
[     Memberikan sebuah info kepada masyarakat agar memanfaatkan buah gersen (Muntingia calabura) dalam penggobatan penyakit asam urat.











                                                                             BAB II
PROPOSAL PENELITIAN


2. 1 Identifikasi Variable
a. Variable kontrol : Jumlah dan jenis makanan serta minuman yang dikonsumsi oleh sang obyek penelitian, kuantitas obat – obat yang dikonsumsi sang obyek penelitian.
b. Variable bebas : Macam-macam obat asam urat sintesis.
c. Variable terikat : Mengetahui hasil dari tingkat berbagai macam obat, khususnya tingkat  kecepatan buah gersen (Muntingia calabura) dalam proses penyembuhan asam urat .

2.2 Tinjauan Pustaka
Di dalamnya akan dibahas tentang Karakteristik, pemerian, ekologi, penyebaran, manfaat  buah gersen (Muntingia calabura)

2.3 Hipotesis
Dalam penelitian ilmiah ini, kami memberikan suatu dugaan bahwa  ternyata buah gersen (Muntingia calabura) yang selama ini dianggap masyarakat padaa umumnya sebagai tanaman yang berkelas rendah dan tak berguna, ia mengandung sebuah zat yang bisa digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit asam urat































BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian
Untuk mengolah buah gersen (Muntingia calabura) menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi dan mendapatkan sesuatu kepastian tentang buah gersen (Muntingia calabura) dalam pengobatan asam urat.
3.2 Alat Dan Bahan Yang Dibutuhkan

3.2.1 Pembuatan Selai Gersen (Muntingia calabura)

- Buah gersen (Muntingia calabura)
-Wajan / katel
-Spatulla
-Pisau
-Piring
-Kompor
-Wadah / Kaleng

3.2.2 Pembuatan Permen Gersen (Muntingia calabura)

- Buah gersen (Muntingia calabura)
-Gula pasir
-Blender
-Pisau
-Air
-Kompor
-Agar - agar
-Panci
-Cetakan berbentuk lubang kecil - kecil
-Tepung kedelai
-Pembungkus Permen


3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pembuatan Permen Gersen (Muntingia calabura)

- Buah kersen di cuci hingga bersih
- Di campur gula pasir secukupnya
- Kedua bahan tersebut di blender hingga halus
- Masak adonan kersen yang sebelumnya telah di campuri agar-agar secukupnya
- Proses memasak adonan ini di lakukan sekitar 10 sampai 15 menit hingga adonan benar-benar matang
- Adonan buah kersen selanjutnya di dinginkan dalam cetakan dengan bentuk lubang kecil-kecil untuk mempermudah pembentukan permen
- Lakukan selama kurang lebih satu minggu sambil di jemur di bawah sinar matahari agar hasilnya maksimal
- Sebelum di bungkus, permen dilapisi tepung kedelai supaya tidak lengket





3.3.2 Pembuatan Selai Gersen (Muntingia Calabura)

- Cuci buah gersen (Muntingia calabura) sampai benar – benar bersih
-Potong gersen (Muntingia calabura) menjadi potongan kecil – kecil
-Nyalakan kompor dan letakkan wajan di atasnya
-Masukkan potongan – potongan buah gersen (Muntingia calabura) ke dalam wajan
-Goreng tanpa minyak sampai menjadi selai
-Dinginkan di atas piring
-Jika telah dingin, pindahkan ke kaleng pembungkus.

3.3.3 Pengetesan Kasiat Buah Gersen (Muntingia calabura) Pada Sang Obyek Penelitian Yang Menderita Asam Urat

-Tentukan siapa yang akan menjadi obyek penelitian
-Aturlah pola makannya  dan jangan sampai sang obyek mengonsumsi makanan dan minuman yang bisa meningkatkan kadar asam urat.
-Berikan buah gersen  (Muntingia calabura) pada sang obyek dalam 3 hari tiap pagi dan sore.
-Setiap hari, check-lah penyakit asam urat sang penderita asam urat tersebut mengenai perubahan yang terjadi.
-Lakukan hal yang sama seperti itu untuk beberapa obat asam urat sintetis.
-Isilah tabel pengamatan seperti yang terlampir sebagai berikut :
No.
Jenis Obat Asam Urat
Kadar Asam Urat Sebelum Diberi obat
Perubahan Yang Terjadi Ketika Mengonsumsi obat
Ket.

Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3































3.3 Analisa Data

3.4 Kesimpulan







Semoga Bermanfaat Bagi Para Pembaca. add facebook kami di "egaratry@gmail.com"

Selasa, 10 Agustus 2010

Pedosfer (Lapisan Tanah)


Pedosfer

Ega Candra Leeuwenhoek Canf :

Susunan Lpisan Tanah
Pedosfer adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut pedogenesa.


Daftar isi :

Faktor-faktor pembentuk tanah

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain:
  1. Iklim

    Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah Suhu dan Curah Hujan



  2. Organisme (vegetasi, jasad renik)

    Gambar Lapisan Tanah
    Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah seperti a) membuat proses pelapukan. b) membantu proses pembentukan humus. c) pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah hal ini terlihat pada daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. d) memiliki kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. 





  3. Bahan induk

    Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.




  4. Topografi atau relief

    Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah.




  5. Waktu

    Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus.




Konsep Pedon dan Profil Tanah

Pedon adalah suatu lajur tubuh tanah mulai dari permukaan lahan sampai batas terbawah (bahan induk tanah). Pedon merupakan volume terkecil yang dapat disebut tanah dan mempunyai ukuran tiga dimensi. Luas pedon berkisar antara 1-10 m2. Kumpulan dari pedon-pedon disebut polipedon. Luas polipedon minimum 2 m2, sedangkan luas maksimumnya tidak terbatas. Profil tanah atau penampang tanah adalah bidang tegak dari suatu sisi pedon yang mencirikan suatu lapisan-lapisan tanah, atau disebut [[Horizon Tanah]]. Setiap horizon tanah memperlihatkan perbedaan, baik menurut komposisi kimia maupun fisiknya. Kebanyakan horizon dapat dibedakan dari dasar warnanya. Perbedaan horizon tanah terbentuk karena dua faktor yaitu pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air atau pencucian tanah (leached) dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Adapun yang dimaksud solum adalah kedalaman efektif tanah yang masih dapat dijangkau oleh akar tanaman. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah adalah horizon O, A, B, C, dan D atau R (Bed Rock).


Warna tanah

Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya terjadi karena perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik berarti semakin gelap warna tanah. Warna tanah disusun oleh tiga jenis variabel, yaitu sebagai berikut,
  1. Hue : warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
  2. Value : menunjukkan kecermelangan cahaya.
  3. Chroma : menunjukkan kemurnian relatif panjang gelombang cahaya dominan.
Warna tanah dapat ditentukan dengan membandingkan warna baku pada buku Munsell Soil Colur Chart dengan warna tanah. Warna tanah akan berbeda bila tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering.


Struktur dan Tekstur Tanah

Struktur Tanah

Struktur Tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut.
  1. Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
  2. Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
  3. Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
  4. Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
  5. Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
  6. Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
  7. Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.

Tekstur Tanah

Tekstur Tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga tekstur tanah.

Sistem klasifikasi tanah

Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia ini terdiri atas berbagai macam. Sebab banyak negara yang menggunakan sistem klasifikasi yang dikembangkan sendiri oleh negara tersebut. Nama golongan tanah dengan membubuhkan kata sol merupakan singkatan dari kata latin solum.

Jenis - Jenis Tanah di Indonesia

Sebagian besar Jenis Tanah Di Indonesia merupakan tanah vulkanis. Walau demikian, jika lebih dikhususkan lagi maka jenisnya sangat beraneka ragam yang antara lain,
  1. Tanah Gambut atau tanah organik
    Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi[1]. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah Banjar.
    Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 trilyun m³, yang menutupi wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km² atau sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira 8 milyar terajoule.

    Agihan geografis

    Deposit gambut tersebar di banyak tempat di dunia, terutama di Rusia, Belarusia, Ukraina, Irlandia, Finlandia, Estonia, Skotlandia, Polandia, Jerman utara, Belanda, Skandinavia, dan di Amerika Utara, khususnya di Kanada, Michigan, Minnesota, Everglades di Florida, dan di delta Sungai Sacramento-San Joaquin di Kalifornia. Kandungan gambut di belahan bumi selatan lebih sedikit, karena memang lahannya lebih sempit; namun gambut dapat dijumpai di Selandia Baru, Kerguelen, Patagonia selatan/Tierra del Fuego dan Kepulauan Falkland.
    Sekitar 60% lahan basah di dunia adalah gambut; dan sekitar 7% dari lahan-lahan gambut itu telah dibuka dan dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian dan kehutanan. Manakala kondisinya sesuai, gambut dapat berubah menjadi sejenis batubara setelah melewati periode waktu geologis.

    Pembentukan gambut

    Pemanenan tanah gambut di Frisia Timur, Jerman
    Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya, biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang tinggi atau kondisi anaerob di perairan setempat. Tidak mengherankan jika sebagian besar tanah gambut tersusun dari serpih dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang belum sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen bersifat menghambat dekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut terawetkan di dalam lapisan-lapisan gambut.
    Lazimnya di dunia, disebut sebagai gambut apabila kandungan bahan organik dalam tanah melebihi 30%; akan tetapi hutan-hutan rawa gambut di Indonesia umumnya mempunyai kandungan melebihi 65% dan kedalamannya melebihi dari 50cm. Tanah dengan kandungan bahan organik antara 35–65% juga biasa disebut muck.
    Pertambahan lapisan-lapisan gambut dan derajat pembusukan (humifikasi) terutama bergantung pada komposisi gambut dan intensitas penggenangan. Gambut yang terbentuk pada kondisi yang teramat basah akan kurang terdekomposisi, dan dengan demikian akumulasinya tergolong cepat, dibandingkan dengan gambut yang terbentuk di lahan-lahan yang lebih kering. Sifat-sifat ini memungkinkan para klimatolog menggunakan gambut sebagai indikator perubahan iklim di masa lampau. Demikian pula, melalui analisis terhadap komposisi gambut, terutama tipe dan jumlah penyusun bahan organiknya, para ahli arkeologi dapat merekonstruksi gambaran ekologi di masa purba.
    Pada kondisi yang tepat, gambut juga merupakan tahap awal pembentukan batubara. Gambut boglintang tinggi pada akhir Zaman Es terakhir, sekitar 9.000 tahun yang silam. Gambut ini masih terus bertambah ketebalannya dengan laju sekitar beberapa milimeter setahun. Namun gambut dunia diyakini mulai terbentuk tak kurang dari 360 juta tahun silam; dan kini menyimpan sekitar 550 Gt karbon. yang terkini, terbentuk di wilayah

    Gambut di Indonesia

    Luas lahan gambut di Sumatra diperkirakan berkisar antara 7,3–9,7 juta hektare atau kira-kira seperempat luas lahan gambut di seluruh daerah tropika. Menurut kondisi dan sifat-sifatnya, gambut di sini dapat dibedakan atas gambut topogen dan gambut ombrogen.
    Gambut topogen ialah lapisan tanah gambut yang terbentuk karena genangan air yang terhambat drainasenya pada tanah-tanah cekung di belakang pantai, di pedalaman atau di pegunungan. Gambut jenis ini umumnya tidak begitu dalam, hingga sekitar 4 m saja, tidak begitu asam airnya dan relatif subur; dengan zat hara yang berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa tumbuhan, dan air hujan. Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai.
    Gambut ombrogen lebih sering dijumpai, meski semua gambut ombrogen bermula sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen lebih tua umurnya, pada umumnya lapisan gambutnya lebih tebal, hingga kedalaman 20 m, dan permukaan tanah gambutnya lebih tinggi daripada permukaan sungai di dekatnya. Kandungan unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan gambut dan dari air hujan, sehingga tidak subur. Sungai-sungai atau drainase yang keluar dari wilayah gambut ombrogen mengalirkan air yang keasamannya tinggi (pH 3,0–4,5), mengandung banyak asam humus dan warnanya coklat kehitaman seperti warna air teh yang pekat. Itulah sebabnya sungai-sungai semacam itu disebut juga sungai air hitam.
    Gambut ombrogen kebanyakan terbentuk tidak jauh dari pantai. Tanah gambut ini kemungkinan bermula dari tanah endapan mangrove yang kemudian mengering; kandungan garam dan sulfida yang tinggi di tanah itu mengakibatkan hanya sedikit dihuni oleh jasad-jasad renik pengurai. Dengan demikian lapisan gambut mulai terbentuk di atasnya. Penelitian di Sarawak memperlihatkan bahwa gambut mulai terbentuk di atas lumpur mangrove sekitar 4.500 tahun yang lalu; pada awalnya dengan laju penimbunan sekitar 0,475 m/100 tahun (pada kedalaman gambut 10–12 m), namun kemudian menyusut hingga sekitar 0,223 m/100 tahun pada kedalaman 0–5 m. Agaknya semakin tua hutan di atas tanah gambut ini tumbuh semakin lamban akibat semakin berkurangnya ketersediaan hara.
    Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dibangun di atas lahan gambut ombrogen.
  2. Aluvial
    Tanah adalah lapisan kulit bumi yang tipis yang terletak paling atas dari permukaan bumi. Tanah tidak terjadi begitu saja melainkan melalui proses yang cukup panjang. Dari proses pembentukan tersebut terciptalah berbagai jenis tanah. Adapun faktor - faktor pembentuk tanah, diantaranya:
    1.    Iklim, yaitu curah hujan dan suhu sekitar. Semakin tinggi curah hujan maka proses pencucian tanah akan semakin cepat sehingga tanah menjadi asam dengan PH rendah, tanah ini kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian.
    Sebaliknya bila suhu di sekitar tinggi, maka proses pelapukan bahan induk tanah akan semakin cepat dan tanah semakin cepat terbentuk.
    2.    Organisme seperti mikroorganisme atau jasad renik cukup membantu dalam proses pembentukan humus. Humus adalah zat yang dibutuhkan tanah agar membentuk tanah yang subur. Daun–daun dan ranting yang jatuh ke permukaan tanah lama–lama akan membusuk dengan bantuan mikroorganisme tersebut. Kemudian selanjutnya terbentuklah humus.
    3.    Bahan induk tanah seperti batuan vulkanik (berasal dari gunung berapi), batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf akan hancur dan mengalami pelapukan kemudian menjadi tanah.
    4.    Topografi atau kontur wilayah. Wilayah yang konturnya miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis dibandingkan tanah yang ada di wilayah yang datar. Perhatikan pula drainase atau sistem pengairannya. Tanah yang terlalu sering tergenang memiliki kandungan tanah yang asam. Tanah seperti ini kurang baik untuk ditanami.
    5.    Waktu, tanah akan mengalami pelapukan dan pencucian terus menerus sehingga lama kelamaan akan menjadi semakin tua dan kehilangan unsur hara. Unsur hara  seperti mineral adalah yang paling dibutuhkannya dalam pembentukan tanah baru.
    Tanah alluvial adalah jenis tanah muda yang dalam proses pembentukannya masih terlihat campuran antara bahan organik dan bahan mineralnya.
    Dari berbagai macam jenis tanah yang ada, tanah yang paling mudah terbentuk adalah tanah alluvial. Tanah ini terbentuk dari endapan lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah. Sifat tanahnya cenderung subur karena masih terdapat banyak kandungan mineralnya yang merupakan unsur hara dan bisa dijadikan lahan pertanian.
    Ini adalah jenis tanah muda yang belum mengalami perkembangan dengan keadaan tanah yang selalu basah dan PH yang berubah–ubah.
    Tanah alluvial tersebar di dataran alluvial pantai, alluvial sungai , dan daerah cekungan. Tanaman yang cocok tumbuh di tanah alluvial contohnya adalah bawang merah.
  3. Regosol                                                                                                Tanah regosol adalah tanah yang berasal dari endapan abu vulkanik. Ketika sebuah gunung api meletus, maka akan dikeluarkan berbagai material dari dalam perut bumi. Material ini kaya akan zat hara yang penting untuk kesuburan tanah. Karena itu, tanah regosol terdapat hanya di daerah yang memiliki aktivitas gunung api.
    Ciri Tanah Regosol
    Ciri-ciri fisik tanah regosol adalah memiliki butiran kasar. Ciri lainnya adalah belum menampakkan adanya perlapisan horisontal. Warna bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, coklat dan coklat kekuningan. Itu karena bergantung pada material dominan yang dikandungnya.
    Contoh penyebaran tanah regosol di Indonesia adalah di Sumarta, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
    Tanah regosol dimanfaatkan untuk pertanian khususnya  tanaman padi, tebu, kelapa, tembakau, sayuran dan palawija.

    Tak Ada Tanah Regosol di Kalimantan
    Tanah Regosol
    Di Kalimantan, tidak ada tanah regosol. Hal ini disebabkan karena Kalimantan tidak ada aktivitas vulkanik.  Geologi daerah Kalimantan relatif stabil. Pulau ini tidak mengalami aktivitas tektonik dan vulkanik. Hal ini disebabkan karena Kalimantan tidak berada pada jalur gunung api dunia atau Ring of fire.
    Khusus di Indonesia, terdapat dua jalur gunung api dunia yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. Sepanjang kedua jalur ini membentang gunung api aktif yang siap mengeluarkan muntahan abu vulkanik kapan saja.
    Jalur Sirkum Pasifik mengelilingi Samudra Pasifik. Jalur ini di Indonesia memotong dari utara Pulau Sulawesi, Pulau Halmahera hingga Papua. Jalur Sirkum Mediterania untuk wilayah Indonesia melalui Sumatra,   Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Maluku.
    Wilayah Pulau Kalimantan tidak dilalui kedua jalur ini. Itu sebabnya tidak ada gunung api di pulau ini. Tidak ada gunung api, berarti tidak ada tanah regosol yang berasal dari endapan abu vulkanik.

    Keuntungan dan Kerugian Daerah Gunung Api
    Walau tinggal di lereng gunung api terkesan berbahaya, namun banyak orang masih memilih tinggal di daerah ini. Mengapa ? Itu karena kesuburan yang terjadi setelah terjadi letusan gunung api. Endapan abu vulkanik yang dikeluarkan ketika gunung meletus adalah bahan utama tanah regosol yang subur.
     
  4. Litosol
  5. Latosol
  6. Grumosol
  7. Podsolik Merah Kuning
  8. Podsol
  9. Andosol
  10. Mediteran Merah Kuning
  11. Hidromorf Kelabu (gleisol)
  12. Tanah Sawah (Paddy soil)

Kerusakan Tanah dan Dampaknya Bagi Kehidupan

Kerusakan Tanah yang terjadi saat ini merupakan dampak pemanfaatan lingkungan yang tidak terkontrol sehingga mengakibatkan terjadinya krisis lingkungan. Dampak yang sangat terasa dalam kehidupan manusia adalah berkurangnya lahan subur yang menjadikan semakin menipisnya lahan yang bisa dijadikan lokasi produksi kebutuhan agraris manusia. 


Semoga Bisa Bermanfaat Bagi Para Pembaca