Kamis, 15 Desember 2011
Sabtu, 18 Desember 2010
Line Tracer or Lone Follower
Line Follower |
Track Line Follower |
ABSTRAKSI
Robot pengantar surat merupakan alat yang berfungsi untuk mengantar surat dari satu
ruangan ke ruangan yang lain secara otomatis. Tujuannya adalah untuk menggantikan manusia
dalam mengirimkan surat di area perkantoran. Komponen utama dari alat ini terdiri dari
pasangan led inframerah dan fotodioda yang digunakan untuk mendeteksi garis pada lintasan,
komparator sebagai penyelaras sinyal, mikrokontroler untuk mengontrol seluruh pergerakan
robot berdasarkan pembacaan sensor, buzzer sebagai alarm, dan motor DC untuk menggerakan
robot. Kesimpulan yang dapat di ambil dari perancangan robot pengantar surat ini adalah
robot dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan perancangan yaitu mengirimkan surat ke
setiap ruangan dan kembali ke tempat semula robot tersebut mengirimkan surat secara otomatis.
Kata Kunci : Sensor, Robot, Mikrokontroler, Otomatis.
PENDAHULUAN
Saat ini teknologi elektronika semakin
berkembang pesat, khususnya teknologi
yang berhubungan dengan pengontrol
otomatis, sehingga manusia selalu mencari
proses otomatisasi yang pengoperasiannya
dapat digunakan dengan mudah. Salah satu
teknologi elektronika otomatisasi yang
berkembang saat ini adalah bidang robotika.
Robotika bukanlah sesuatu yang baru
saat ini, sehingga pengembangan dari robot
ini sudah banyak dilakukan dalam segala hal
pengaplikasiannya. Dimana hampir di
semua kalangan meminati dan juga
menggunakannya. Salah satunya adalah
robot pengikut garis (line follower robot).
Yang pada penulisan akhir ini diaplikasikan
sebagai robot pengantar surat pada ruang
perkantoran , dimana robot akan bergerak
dengan mengikuti lintasan yang dirancang
sedemikian rupa sesuai dengan kondisi
ruangan dimana robot akan ditempatkan.
Untuk itu judul tugas akhir ini adalah
“Rancang Bangun Robot Pengantar Surat
Menggunakan Mikrokontroler AT89S51”.
Alat ini dikendalikan oleh sebuah program
yang dibuat dengan menggunakan bahasa
assembly.
LANDASAN TEORI
Line Follower Robot adalah robot
yang biasa bergerak mengikuti garis
panduan. Garis pandu yang digunakan
dalam hal ini adalah garis putih yang
ditempatkan di atas permukaan berwarna
gelap, ataupun sebaliknya, garis hitam yang
ditempatkan pada permukaan berwarna
putih (cerah). Menurut Priyank Patil dari
Departemen of Information Technology, K.
J. Somaiya College of Engineering Mumbai,
India, Line Follower adalah sebuah mesin
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua NPM : 10405805
yang dapat berjalan mengikuti suatu lintasan
jalur (path).
Untuk pembuatan robot pengantar
surat menggunakan mikrokontroler
AT89S51 menggunakan beberapa
komponen anatra lain:
Dioda Pemancar Cahaya (LED)
LED Inframerah adalah dioda yang
dapat memancarkan cahaya dengan panjang
gelombang lebih panjang dari cahaya yang
dapat dilihat, tetapi lebih pendek dari
gelombang radio apabila LED inframerah
tersebut dialiri arus. LED digunakan untuk
memantulkan cahaya antara cahaya cerah
dan gelap ke fotodioda.
Photodioda
Photodioda adalah sebuah dioda
semikonduktor yang berfungsi sebagai
sensor cahaya. Photodioda memiliki
hambatan yang sangat tinggi pada saat
dibias mundur. Hambatan ini akan
berkurang ketika photodioda disinari cahaya
dengan panjang gelombang yang tepat.
Sehingga photodioda dapat digunakan
sebagai detektor cahaya dengan
memonitoring arus yang mengalir
melaluinya.
Transistor
Prinsip dari pemakaian transistor
adalah transistor yang dioperasikan dalam
dua keadaan yaitu keadaan kerja penuh
(saturation) dan keadaan tidak bekerja sama
sekali (cut off). Perubahan keadaan dari satu
ke yang lainnya dapat berupa perubahan
tegangan dan arus.
Relay
Prinsip kerja pada relay adalah pada
saat kumparan dialiri arus, maka akan
menimbulkan magnet pada intinya, dengan
adanya magnet pada intinya maka jangkar
atau angker akan tertarik oleh inti. Dengan
ditariknya jangkar oleh inti maka kontak-
kontak relay berubah posisi dan
menyebabkan relay akan terhubung.
Operational Amplifier ( Op-Amp )
Op-Amp adalah sebuah amplifier
diferensial dasar yang memiliki gain voltase
yang besar, impedansi input yang sangat
tinggi, dan impedansi output yang rendah.
Op-Amp terdiri dari input "inverting" atau (-
) dan input "non-inverting" atau (+), serta
sebuah output. Op-Amp pada perancangan
ini digunakan sebagai rangkaian
pembanding (komparator) yang berfungsi
untuk membandingkan 2 buah tegangan
masukan, yaitu V+ atau yang disebut dengan
tegangan tak membalik (non inverting) dan
V- atau yang disebut dengan tegangan
membalik (inverting).
Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler AT89S51 merupakan
salah satu jenis Mikrokontroler CMOS 8 bit
yang memiliki performa yang tinggi dengan
disipasi daya yang rendah, cocok dengan
produk MCS-51. Kemudian memiliki sistem
pemograman kembali Flash Memori 4
Kbyte dengan daya tahan 1000 kali
write/erase. Pada perancangan alat ini,
mikrokontroler ini digunakan sebagai
pengontrol robot pada saat pembacaan
sensor dan menggerakan motor DC.
IC L298
IC L298 merupakan IC buatan SG5
Thomson Microelectron Inc. yang
digunakan untuk mengontrol motor. L298
menggunakan prinsip kerja H-Bridge motor
drive. Didalam L298 terdapat dual full
bridge sehingga dapat mengontrol 2 motor
DC sekaligus dengan kemampuan arah
motor bolak-balik (bidirectional).
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua NPM : 10405805
Motor DC
Motor DC adalah suatu motor yang
mengubah energi listrik searah menjadi
energi mekanis berupa tenaga penggerak
torsi. Motor DC digunakan dimana kontrol
kecepatan dan kecepatan torsi diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan aplikasi. Motor
DC dapat dikendalikan oleh mikrokontroller
dengan menggunakan metode PWM (Pulse
Width Modulation). Metode Pulse Width
Modulation (PWM) adalah sebuah teknik
yang digunakan untuk mengatur kecepatan
sebuah motor DC yaitu dengan cara
membuat gelombang persegi yang memiliki
perbandingan pulsa high terhadap pulsa low
tertentu, biasanya diskalakan dari 0 hingga
100%.
METODE PENELITIAN
Adapun metode penulisan yang
digunakan dalam menyusun dan
menganalisa tugas akhir ini adalah:
a. Studi Pustaka
Metode penulisan yang
digunakan dalam penulisan ini
adalah studi pustaka, dimana penulis
menggunakan beberapa sumber
tertulis berupa buku-buku pustaka,
situs internet, buku-buku referensi,
datasheet dan jurnal-jurnal yang
berkaitan sebagai bahan referensi
dan perbandingan.
b. Perancangan Alat
Penulis menjelaskan tahapan
yang berkaitan dengan perancangan
alat, sebagai berikut :
Mengumpulkan bahan-bahan
yang akan dipergunakan
untuk perancangan alat.
Melakukan perencanaan dan
perancangan alat robot
pengantar surat menggunakan
mikrokontroler AT89S51.
Melakukan kegiatan-kegiatan
atau percobaan di
laboratorium yang dapat
menunjang perencanaan alat.
c. Pengujian alat
Peralatan yang telah dibuat
kemudian diuji apakah telah sesuai
yang telah direncanakan.
PEMBAHASAN DAN HASIL
PENGUJIAN
Perancangan alat pada robot
pengantar surat secara garis besarnya dapat
digambarkan dalam satu blok diagram
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Blok Diagram Rangkaian
Rangkaian Sensor
Sensor merupakan suatu alat yang
dapat menerima suatu inputan tertentu
sesuai dengan jenisnya. Rangkaian sensor
merupakan alat yang berfungsi sebagai
pendeteksi arah gerakan robot. Robot dapat
bergerak ke arah kanan maupun ke arah kiri
ditentukan oleh rangkaian sensor yang
membaca garis hitam pada track robot.
Pada perancangan alat ini sensor
yang digunakan adalah photodioda yang
peka terhadap sinar terutama sinar
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua NPM : 10405805
inframerah. LED inframerah berfungsi
sebagai pemancar (transmitter) cahaya
inframerah dan photodioda sebagai
penerima (receiver).
Pengambilan data pada blok
rangkaian sensor dilakukan dengan
menempelkan sensor garis ke alas yang
berwarna putih dengan alas berwarna hitam.
Pengujian sensor ini ditujukan untuk
membandingkan besarnya tegangan
keluaran sensor pada saat photodiode
mendeteksi adanya cahaya (terang) dan pada
saat photodiode mendeteksi tidak adanya
cahaya (gelap). Gambar titik pengambilan
data pada blok rangkaian sensor dapat
dilihat pada gambar 1 berikut.
Gambar 2 Titik Pengujian Blok Rangkaian
Sensor
Berikut ini tabel yang menunjukkan
besarnya tegangan masukan pada saat sensor
mengenai alas berwarna putih (terang) dan
mengenai garis hitam (gelap):
Tabel 1 Hasil Pengujian Pengukuran
Tegangan Pada Sensor
(Kondisi Terang)
Photodioda Titik A
Tegangan
Photodioda
Titik B
Tegangan
non-
inverting
(V)
Titik C
tegangan
Komparator
(V)
1 0.16 1 4.96
2 0.13 1 4.96
3 0.12 1 4.96
4 0.12 1 4.96
5 0.12 1 4.96
6 0.2 1 4.96
7 0.17 1 4.96
8 0.15 1 4.96
Tabel 2 Hasil Pengujian Pengukuran
Tegangan Pada Sensor
(Kondisi Gelap)
Photodioda Titik A Titik B Titik C
Tegangan
photodiode
(V)
Tegangan Tegangan
Komparator
(V)
non-
Inverting
(V)
1 2.43 1 0.5
2 2 1 0.5
3 2,5 1 0.5
4 2.2 1 0.5
5 2.37 1 0.5
6 3.7 1 0.5
7 2.6 1 0.5
8 2.2 1 0.5
Pada saat photodioda berada pada
kondisi terang atau beralaskan putih
tegangan pada kaki non-inverting lebih
besar dari pada tegangan kaki inverting
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua NPM : 10405805
maka kedua tegangan tersebut akan
dibandingkan dan tegangan keluaran dari
komparator akan mengeluarkan kondisi high
±90% VCC yaitu sebesar 4.96 V atau high.
Pada saat photodioda berada pada
kondisi gelap atau beralaskan hitam
tegangan pada kaki non-inverting lebih kecil
dari pada tegangan kaki inverting maka
kedua tegangan tersebut akan dibandingkan
dan tegangan keluaran dari komparator akan
mengeluarkan kondisi low yaitu sebesar 0,5
Volt.
Penyelaras Sinyal (Komparator)
Pada mikrokontroler, input yang
diberikan harus berupa sinyal digital yaitu 1
atau 0. Namun output pada sensor masih
berupa sinyal analog yang bervariasi
keadaannya. Oleh karena itu diperlukan
rangkaian yang dapat menyelaraskan sinyal
analog tersebut ke dalam sinyal digital. Pada
rangkaian, komponen yang digunakan untuk
menyelaraskan sinyal tersebut adalah
komparator seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.
Gambar 2 Komparator sebagai Penyelaras
Sinyal
Cara kerja dari penyelaras sinyal di
atas adalah membandingkan tegangan
sebuah masukan dengan tegangan masukan
lainnya. Adanya sedikit perbedaan tegangan
di antara kedua masukan akan membawa
Op-Amp ke dalam daerah saturasi. Arah
saturasi keluaran ditentukan oleh polaritas
sinyal masukan.
Pada saat tegangan masukan terminal
non inverting lebih besar dibandingkan
dengan tegangan masukan terminal inverting
atau V+ > V- maka output akan menuju ke
daerah saturasi positif atau Vo = Vcc .
Sebaliknya pada saat tegangan
masukan terminal non-inverting lebih kecil
dibandingkan dengan tegangan masukan
terminal inverting atau V+ < V- maka
keluaran akan menuju daerah saturasi
negatif atau Vo = –Vcc.
Control
Blok control ini merupakan jantung
rangkaian sebagai pengontrol utama dari
keseluruhan rangkaian, dimana sebagai
pengontrol digunakan IC mikrokontroller
AT89S51. Pada perancangan alat ini
digunakakan port 0 (P0), port 2 (P2) dan
Port 3 (P3). Untuk lebih jelasnya
penggunaan port mikrokontroler terlihat
seperti tabel 3.
Tabel 3 Penggunaan Port
Mikrokontroler
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua NPM : 10405805
Indikator Buzzer
Blok output untuk buzzer pada
rangkaian ini menggunakan transistor
dengan tipe S9013. Berikut ini adalah
gambar blok rangkaian buzzer dapat dilihat
pada gambar 3 berikut
Gambar 3 Blok Rangkaian Indikator Buzzer
Indikator buzzer ini diaktifkan
dengan menggunakan relay. Untuk
mengaktifkan relay maka diperlukan
transistor yang berfungsi sebagai saklar dan
untuk membuat transistor aktif diperlukan
tegangan keluaran dari mikrokontroller
sebesar 5 V (high) sehingga transistor
menjadi saturasi. Dengan kondisi transistor
menjadi saturasi maka relay akan aktif.
Data Perhitungan:
Ketika kondisi input pada transistor adalah
high, maka :
Rb
Vbe Vbb
Ib
K
V V
Ib
10
7.0 5
Ib = 0,43 mA
Data Pengukuran:
Vin = 4,9 Volt
Ib = 0,42 mA
Kesalahan Persentase Output
Mikrokontroler = %2 % 100
5
9,4 5
x
V
V V
Kesalahan Persentase Ib =
% 32 ,2 % 100
43 ,0
42 ,0 43 ,0
x
mA
mA mA
Tabel 4 Pengaruh Tegangan Output
Mikrokontroler Terhadap Transistor
Output
Mikrokontroler
(V)
Keadaan
Buzzer
Ib
(mA)
Ic
(mA)
VCE
Keadaan
Transistor
0
Tidak
Aktif
0 0,02 12,6 Cut Off
4,9 Aktif 0,42 16 0,1 Saturasi
Rangkaian Penggerak Motor
Pada perancangan alat ini digunakan
sebuah motor DC sebagai penggerak robot
yang digerakkan menggunakan IC L298 IC
L298 akan aktif jika menerima tegangan
input yang masuk adalah high sebesar 5V,
yang berasal dari P3.0, P3.1, P3.2, dan P3.3
untuk mengaktifkan driver penggerak motor
DC. Kemudian IC ini akan menggerakkan
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua NPM : 10405805
motor DC sesuai kecepatan yang diinginkan
dengan menggunakan metode PWM (Pulse
Width Modulation). Pin enable A dan B
terletak pada port 3.6 dan 3.7 pada
mikrokontroller. Pin-pin enable tersebut
digunakan untuk mengendalikan kecepatan
motor.
Berikut ini rangkaian IC L298 yang
digunakan untuk menggerakan motor DC
dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4 Rangkaian Penggerak Motor DC
Pada rangkaian penggerak motor DC
menggunakan teknik PWM untuk mengatur
putaran motornya. Sehingga perlu di uji
sinyal PWM tersebut. Pengujian sinyal
PWM dilakukan dengan mengukur lebar
pulsa low dan high dari sinyal PWM yang
dikeluarkan dengan menggunakan
oscilloscope. Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui sinyal keluaran yang dihasilkan
PWM pada IC L298. Dalam hal ini menguji
duty cycle sinyal PWM yang dipakai untuk
mengukur kecepatan putaran motor roda
robot.
Pengambilan data pada oscilloscope
diambil pada pin 17 mikrokontroler yang
tersambung dengan pin enable IC L298 kaki
12. Berikut ini adalah gambar hasil analisa
pengujian sinyal PWM yang digunakan pada
motor DC dengan Amplitudo (volt/div) = 1
V dan (time/div) = 0,1 ms. Dimana satu
periode gelombang sinyal tersebut sebesar :
T = 2,6 x (0,1 . 10 -3 ) sec
T = 2,6 . 10 -4 sec
T = 0,26 ms
Pada gambar 5, 6, 7, dan 8 memiliki
tingkat tegangan yang sama yaitu 4,8 kotak
untuk satu gelombang penuh (peak to peak)
pada oscilloscope. Dengan demikian bisa
diketahui bahwa tegangan gelombang
tersebut sebesar
V = Jumlah kotak (peak to peak) x Volt/div
V = 4,8 x 1 Volt/div = 4,8 Vpp.
Gambar 5 PWM Duty cycle 20% Pada Pin
17 Mikrokontroler dengan Ton = 0,04 ms,
Toff = 0,22 ms dan Amplitudo 4,8 Vpp.
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua NPM : 10405805
Gambar 6 PWM Duty cycle 40% Pada Pin
17 Mikrokontroler dengan T on = 0,12 ms,
Toff = 0,14 ms dan Amplitudo 4,8 Vpp
Gambar 7 PWM duty cycle 60% Pada Pin
17 Mikrokontroler dengan Ton = 0,16 ms,
Toff = 0,1ms dan Amplitudo 4,8 Vpp
Gambar 8 PWM Duty cycle 80% Pada Pin
17 Mikrikontroler denga Ton = 0,18 ms,
Toff = 0.09 ms dan Amplitudo 4,8 Vpp
Ketika motor DC diberi pulsa maka
motor akan bergerak sesuai dengan pulsa
yang diberikan dan tampilan pada osiloskop
juga berubah sesuai dengan pulsa yang
diberikan. Untuk dapat menggerakkan robot
sesuai dengan teknik PWM, maka pada saat
robot maju dan belok dapat ditentukan
sesuai dengan lebar pulsa yang diberikan
pada motor DC. Kemudian untuk membuat
robot maju atau mundur maka pada motor
DC kiri dan kanan robot diberikan pulsa
yang sama dan sebaliknya untuk dapat
menggerakkan robot belok ke kanan atau
kiri maka pada motor DC kiri dan kanan
robot diberikan pulsa yang berbeda.
Perancangan Program Dengan Diagram
Alir (Flowchart)
Pada pembuatan alat ini dibutuhkan
program untuk mengendalikan semua proses
kerja dari robot. Untuk memudahkan
pembuatan program diperlukan flowchart.
Untuk membuat flowchart pada robot yang
pertama harus dilakukan adalah
mempersiapkan seluruh rangkaian robot
pengantar surat, yang terdiri dari rangkaian
sensor, rangkaian driver motor dan
mikrokontroller dihubungkan sesuai dengan
jalur pengawatannya. Kemudian robot dapat
ditempatkan di jalur lintasannya. Untuk
lebih memaksimalkan kinerja dari robot
tersebut, maka terlebih dahulu mengecek
seluruh kerangka dan rangkaian pada robot
apakah dipasang dengan benar dan akurat.
Hal ini dapat mempengaruhi kinerja robot
apabila terdapat pemasangan yang kurang
sempurna.
Pada gambar 9 dan 10 dapat dilihat
flowchart program utama dari robot
pengantar surat (mailbot) berbasis
mikrokontroler AT89S51.
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua NPM : 10405805
Gambar 9 Flowchart Program Utama
Robot
Gambar 10 Flowchart Program Utama
Robot (lanjutan)
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua NPM : 10405805
Setelah perancangan software telah
dilakukan langkah selanjutnya adalah
menguji software tersebut ke jalur lintasan.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan robot dalam mengantarkan
surat dari awal penempatan robot hingga
kembali lagi ke tempat awal tersebut. Robot
akan masuk ke setiap ruangan dan berhenti
di setiap ruangan dengan membunyikan
buzzer sebagai alarm masuknya robot.
Ruangan yang digunakan pada pengujian ini
sebanyak 4 ruangan. Pengujian akan
dilakukan sebanyak 5 kali. Sehingga hasil
yang didapat akan ditunjukkan ke dalam
tabel 5 berikut.
Tabel 5 Pengujian Robot Pengantar Surat
Percobaan
Ruangan
Total
Waktu
A B C D
Mailbot
Room
1 v 22 Detik v 22 Detik v
26
Detik
v 23 Detik x 17 Detik 2 Menit
2 v 21 Detik v 24 Detik v
25
Detik
v 23 Detik v 12 Detik
1 Menit
50 Detik
3 v 23 Detik v 24 Detik x
34
Detik
v 22 Detik v 11 Detik
1 Menit
56 Detik
4 v 23 Detik v 24 Detik v
25
Detik
v 24 Detik v 10 Detik
1 Menit
46 Detik
5 v 23 Detik v 23 Detik v
26
Detik
v 24 Detik x 20 Detik
1 Menit
55 detik
Rata-Rata 22,4 Detik 23,4 Detik 27,2 Detik 23,2 Detik 14 Detik 2 Menit
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
perancangan robot pengantar surat
menggunakan mikrokontroler AT89S51 ini
adalah :
1. Robot berfungsi dengan baik
sesuai dengan perancangan
jalur yang dibuat yaitu
mengirimkan surat ke setiap
ruangan dan kembali ke
tempat semula robot tersebut
mengirimkan surat secara
otomatis.
2. Dari hasil percobaan, tingkat
keberhasilan robot
mengirimkan surat dari satu
Jurnal Skripsi , Teknik Elektro, Universitas Gunadarma, Depok-Kelapa dua NPM : 10405805
ruangan ke ruangan yang lain
sebesar 90%. Kegagalan
terjadi pada saat robot
menemui persimpangan
dimana robot melewati
persimpangan tersebut.
Penyebabnya dikarenakan
tingkat kesensitifan sensor
masih kurang baik.
3. Jarak yang ditempuh dari
tempat awal robot
mengirimkan surat dan
kembali ke tempat tersebut
sebesar 6,8 meter dengan
durasi rata-rata waktu selama
2 menit.
Saran
Berikut ini adalah beberapa
tambahan yang diperlukan dalam
meningkatkan kemampuan robot:
1. Agar keseluruhan alat ini
berfungsi secara otomatis
tanpa adanya bantuan dari
pihak manusia, maka robot
dapat dilengkapi mekanik
pengambilan dan penerimaan
surat secara otomatis dimana
surat diletakan.
2. Pada perancangan robot ini,
robot berjalan dengan
memprioritaskan berbelok ke
kiri, maka lebih baik robot
dapat bergerak ke segala arah
secara fleksibel dengan
menambahkan program pada
mikrokontroler.
3. Robot masih melewati
persimpangan jalur
dikarenakan tingkat
kesensitifan sensor masih
kurang baik, maka sebaiknya
sensor harus dikalibrasikan
dengan baik saat pembacaan
kondisi terang dan kondisi
gelap.
DAFTAR PUSTAKA
Malvino, Albert Paul Ph.D, Prinsip-prinsip
Elektronika, Erlangga, Jakarta,
Agustus 1981.
IC Datasheats, URL :
http://www.alldatasheats.com,
Agustus 2009.
Malvino, Albert Paul Ph.D, Aproksimasi
Rangkaian Semikonduktor, alih
bahasa, Semiconductor circuit
approximations, Erlangga,
Jakarta, Agustus 1985.
Clayton, George and Steve Windert,
Operational Amplifiers, Edisi
Kelima, Erlangga, Jakarta, 2004.
Putra, Agfianto Eko, Belajar
Mikrokontroller
AT89C51/52/55 (Teori dan
Aplikasi), Edisi Kedua, Gaya
Media, Yogyakarta, 2004.
Suyadhi, Taufiq Dwi Septian, Build Your
Own Line Follower Robot,
ANDI, Yogyakarta, Agustus
2008.
Budiharto, Widodo, Membuat Robot
Cerdas, Elex Media
Komputindo, Jakarta, Juni,
2006.
Budiharto, Widodo, 10 Proyek Robot
Spektakuler, Elex Media
Komputindo, Jakarta
Minggu, 31 Oktober 2010
Selasa, 12 Oktober 2010
Proposal KTI
BUAH GERSEN PEMBERANTAS ASAM URAT
2010
Disusun Oleh :
*Ega Candra Fauriza ( 105396 )
*Intan Magfiroh ( 105446 )
*Nining Nur Laili Rahma ( 105499 )
*Sadna Nugraha ( 105547 )
*Zunifa Laila Rizqina ( 105599 )
UPTD SMA NEGERI 3 JOMBANG
Jalan Dr. Sutomo 75. Telp. (0321) 861439 Jombang
Jawa Timur
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebanyakan buah-buahan yang melimpah jumlahnya dan mudah kita dapatkan yang ada di sekitar kita masih sangat jarang dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya. Dikarenakan kebanyakan dari mereka belum mengetahui kandungan zat-zat yang terdapat di dalamnya serta bagaimana cara mengolah dan menjadikan buah-buahan yang dianggap tidak berkelas tersebut agar menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi. Kebanyakan dari mereka merasa gengsi untuk mengonsumsi buah-buahan tersebut. Padahal, jikalau kita mau memanfaatkannya, buah-buahan tersebut akan menjadi sesuatu yang sangat berguna bagi kita, misalnya saja untuk bahan obat penyakit kronis. Sebenarnya sangat banyak buah-buahan yang berpotensi tinggi untuk bahan dasar pembuatan obat-obatan kronis yang berada di lingkungan sekitar kita, akan tetapi mengapa kebanyakan masyarakat tidak memperlakukannya dengan baik, malah mereka menggolongkannya sebagai buah tak berkelas dan rendahan. Salah satu diantaranya adalah buah kersen / gersen (Muntingia calabura) yang menjadi objek penelitian kami.
Berdasarkan pengamatan kami, pohon-pohon buah gersen (Muntingia calabura) tumbuh subur dan tersebar di perkotaan kami, tapi buah – buah gersen (Muntingia calabura) tersebut terbuang percuma karena tidak ada yang mau mengambilnya dan mengonsumsinya, karena mereka berpikiran bahwa mengonsumsi buah kersen (Muntingia calabura) itu sudah ketinggalan zaman, mereka lebih menyukai buah – buahan yang berkelas tinggi, misalnya apel, leci, cherry, anggur dan lain- lain, sehingga buah – buah gersen (Muntingia calabura) sama berjatuhan tiada yang mau mengonsumsinya. Kami merasa prihatin dengan kejadian tersebut, sehingga kami mempunyai sebuah pemikiran untuk mengolah buah – buah kersen (Muntingia calabura) tersebut agar menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi, dan kami juga ingin mengetahui bahwa buah gersen (Muntingia calabura) tersebut apakah mengandung senyawa – senyawa yang bisa menyembuhkan suatu penyakit, khususnya penyakit kronis. Dan juga kami ingin membuat suatu obat alami yang bisa digunakan sebagai pengganti obat sintetis. Sehingga dengan adanya penelitian ini masyarakat akan lebih merawat dan memberikan perhatian terhadap buah – buah yang dianggap berkelas rendah yang berpotensi tinggi untuk mengobati suatu penyakit. Sehingga suatu kelangkaan tumbuh – tumbuhan tersebut bisa dicegah secara tak langsung.
1.2 Rumusan Masalah
Supaya kita lebih terarah dalam membahas permasalahan yang dihadapi, dan supaya tidak menimbulkan penafsiran yang ambigu, maka diperlukan sebuah rumusan masalah sebagai berikut :
☻ Bagaimanakah keadaan status buah gersen yang tumbuh di daerah perkotaan pada umumnya?
☻ Bagaimanakah cara untuk memanfaatkan buah gersen (Muntingia calabura) tersebut supaya bisa bernilai ekonomi tinggi dan digemari masyarakat?
☻ Apakah zat – zat yang terkandung di dalam buah gersen (Muntingia calabura) bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan obat suatu penyakit?
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pastilah mempunyai tujuan – tujuan yang ingin dicapai, seperti halnya penelitian yang kami buat. Dalam penelitian mengenai buah gersen (Muntingia calabura) ini kami mempunyai penelitian – penelitian yang tersebut di bawah ini :
☻ Untuk mendapatkan suatu arah dan cara dalam pemanfaatan buah gersen (Muntingia calabura) supaya bisa digemari masyarakat.
☻ Untuk mendapatkan suatu kepastian apakah buah gersen (Muntingia calabura) bisa dijadikan sebagai sebuah bahan dasar suatu penyakit.
☻ Untuk memberikan suatu info atau sosialisasi kepada masyarakat bahwa ternyata buah – buah yang dianggap berkelas rendah tersebut mempunyai sebuah keistimewaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Kami sangat mengharapkan penelitian ini memiliki manfaat - manfaat sebagai berikut :
[ Mendapatkan suatu pengetahuan dan pengalaman dalam cara dan teknik mengolah buah kersen (Muntingia calabura) tersebut agar menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi dan digemari masyarakat pada umumnya.
[ Memberikan sebuah informasi tentang teknik yang tepat untuk mengolah buah gersen (Muntingia calabura) tersebut.
[ Memberikan sebuah info kepada masyarakat agar memanfaatkan buah gersen (Muntingia calabura) dalam penggobatan penyakit asam urat.
BAB II
PROPOSAL PENELITIAN
2. 1 Identifikasi Variable
a. Variable kontrol : Jumlah dan jenis makanan serta minuman yang dikonsumsi oleh sang obyek penelitian, kuantitas obat – obat yang dikonsumsi sang obyek penelitian.
b. Variable bebas : Macam-macam obat asam urat sintesis.
c. Variable terikat : Mengetahui hasil dari tingkat berbagai macam obat, khususnya tingkat kecepatan buah gersen (Muntingia calabura) dalam proses penyembuhan asam urat .
2.2 Tinjauan Pustaka
Di dalamnya akan dibahas tentang Karakteristik, pemerian, ekologi, penyebaran, manfaat buah gersen (Muntingia calabura)
2.3 Hipotesis
Dalam penelitian ilmiah ini, kami memberikan suatu dugaan bahwa ternyata buah gersen (Muntingia calabura) yang selama ini dianggap masyarakat padaa umumnya sebagai tanaman yang berkelas rendah dan tak berguna, ia mengandung sebuah zat yang bisa digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit asam urat
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Untuk mengolah buah gersen (Muntingia calabura) menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi dan mendapatkan sesuatu kepastian tentang buah gersen (Muntingia calabura) dalam pengobatan asam urat.
3.2 Alat Dan Bahan Yang Dibutuhkan
3.2.1 Pembuatan Selai Gersen (Muntingia calabura)
- Buah gersen (Muntingia calabura)
-Wajan / katel
-Spatulla
-Pisau
-Piring
-Kompor
-Wadah / Kaleng
3.2.2 Pembuatan Permen Gersen (Muntingia calabura)
- Buah gersen (Muntingia calabura)
-Gula pasir
-Blender
-Pisau
-Air
-Kompor
-Agar - agar
-Panci
-Cetakan berbentuk lubang kecil - kecil
-Tepung kedelai
-Pembungkus Permen
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan Permen Gersen (Muntingia calabura)
- Buah kersen di cuci hingga bersih
- Di campur gula pasir secukupnya
- Kedua bahan tersebut di blender hingga halus
- Masak adonan kersen yang sebelumnya telah di campuri agar-agar secukupnya
- Proses memasak adonan ini di lakukan sekitar 10 sampai 15 menit hingga adonan benar-benar matang
- Adonan buah kersen selanjutnya di dinginkan dalam cetakan dengan bentuk lubang kecil-kecil untuk mempermudah pembentukan permen
- Lakukan selama kurang lebih satu minggu sambil di jemur di bawah sinar matahari agar hasilnya maksimal
- Sebelum di bungkus, permen dilapisi tepung kedelai supaya tidak lengket
3.3.2 Pembuatan Selai Gersen (Muntingia Calabura)
- Cuci buah gersen (Muntingia calabura) sampai benar – benar bersih
-Potong gersen (Muntingia calabura) menjadi potongan kecil – kecil
-Nyalakan kompor dan letakkan wajan di atasnya
-Masukkan potongan – potongan buah gersen (Muntingia calabura) ke dalam wajan
-Goreng tanpa minyak sampai menjadi selai
-Dinginkan di atas piring
-Jika telah dingin, pindahkan ke kaleng pembungkus.
3.3.3 Pengetesan Kasiat Buah Gersen (Muntingia calabura) Pada Sang Obyek Penelitian Yang Menderita Asam Urat
-Tentukan siapa yang akan menjadi obyek penelitian
-Aturlah pola makannya dan jangan sampai sang obyek mengonsumsi makanan dan minuman yang bisa meningkatkan kadar asam urat.
-Berikan buah gersen (Muntingia calabura) pada sang obyek dalam 3 hari tiap pagi dan sore.
-Setiap hari, check-lah penyakit asam urat sang penderita asam urat tersebut mengenai perubahan yang terjadi.
-Lakukan hal yang sama seperti itu untuk beberapa obat asam urat sintetis.
-Isilah tabel pengamatan seperti yang terlampir sebagai berikut :
No. | Jenis Obat Asam Urat | Kadar Asam Urat Sebelum Diberi obat | Perubahan Yang Terjadi Ketika Mengonsumsi obat | Ket. | |||
Hari ke-1 | Hari ke-2 | Hari ke-3 | |||||
3.3 Analisa Data
3.4 Kesimpulan
Semoga Bermanfaat Bagi Para Pembaca. add facebook kami di "egaratry@gmail.com"
Selasa, 10 Agustus 2010
Pedosfer (Lapisan Tanah)
Pedosfer
Ega Candra Leeuwenhoek Canf :
Susunan Lpisan Tanah |
Daftar isi : |
Faktor-faktor pembentuk tanah
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain:
- Iklim
- Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah Suhu dan Curah Hujan.
- Organisme (vegetasi, jasad renik)
Gambar Lapisan Tanah
- Bahan induk
- Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
- Topografi atau relief
- Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah.
- Waktu
- Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus.
Konsep Pedon dan Profil Tanah
Pedon adalah suatu lajur tubuh tanah mulai dari permukaan lahan sampai batas terbawah (bahan induk tanah). Pedon merupakan volume terkecil yang dapat disebut tanah dan mempunyai ukuran tiga dimensi. Luas pedon berkisar antara 1-10 m2. Kumpulan dari pedon-pedon disebut polipedon. Luas polipedon minimum 2 m2, sedangkan luas maksimumnya tidak terbatas. Profil tanah atau penampang tanah adalah bidang tegak dari suatu sisi pedon yang mencirikan suatu lapisan-lapisan tanah, atau disebut [[Horizon Tanah]]. Setiap horizon tanah memperlihatkan perbedaan, baik menurut komposisi kimia maupun fisiknya. Kebanyakan horizon dapat dibedakan dari dasar warnanya. Perbedaan horizon tanah terbentuk karena dua faktor yaitu pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air atau pencucian tanah (leached) dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Adapun yang dimaksud solum adalah kedalaman efektif tanah yang masih dapat dijangkau oleh akar tanaman. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah adalah horizon O, A, B, C, dan D atau R (Bed Rock).
Warna tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya terjadi karena perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik berarti semakin gelap warna tanah. Warna tanah disusun oleh tiga jenis variabel, yaitu sebagai berikut,
- Hue : warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
- Value : menunjukkan kecermelangan cahaya.
- Chroma : menunjukkan kemurnian relatif panjang gelombang cahaya dominan.
Warna tanah dapat ditentukan dengan membandingkan warna baku pada buku Munsell Soil Colur Chart dengan warna tanah. Warna tanah akan berbeda bila tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering.
Struktur dan Tekstur Tanah
Struktur Tanah
Struktur Tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut.
- Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
- Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
- Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
- Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
- Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
- Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
- Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.
Tekstur Tanah
Tekstur Tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga tekstur tanah.
Sistem klasifikasi tanah
Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia ini terdiri atas berbagai macam. Sebab banyak negara yang menggunakan sistem klasifikasi yang dikembangkan sendiri oleh negara tersebut. Nama golongan tanah dengan membubuhkan kata sol merupakan singkatan dari kata latin solum.
Jenis - Jenis Tanah di Indonesia
Sebagian besar Jenis Tanah Di Indonesia merupakan tanah vulkanis. Walau demikian, jika lebih dikhususkan lagi maka jenisnya sangat beraneka ragam yang antara lain,
- Tanah Gambut atau tanah organik
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi[1]. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah Banjar.
Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 trilyun m³, yang menutupi wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km² atau sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira 8 milyar terajoule.
Agihan geografis
Deposit gambut tersebar di banyak tempat di dunia, terutama di Rusia, Belarusia, Ukraina, Irlandia, Finlandia, Estonia, Skotlandia, Polandia, Jerman utara, Belanda, Skandinavia, dan di Amerika Utara, khususnya di Kanada, Michigan, Minnesota, Everglades di Florida, dan di delta Sungai Sacramento-San Joaquin di Kalifornia. Kandungan gambut di belahan bumi selatan lebih sedikit, karena memang lahannya lebih sempit; namun gambut dapat dijumpai di Selandia Baru, Kerguelen, Patagonia selatan/Tierra del Fuego dan Kepulauan Falkland.
Sekitar 60% lahan basah di dunia adalah gambut; dan sekitar 7% dari lahan-lahan gambut itu telah dibuka dan dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian dan kehutanan. Manakala kondisinya sesuai, gambut dapat berubah menjadi sejenis batubara setelah melewati periode waktu geologis.
Pembentukan gambut
Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya, biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang tinggi atau kondisi anaerob di perairan setempat. Tidak mengherankan jika sebagian besar tanah gambut tersusun dari serpih dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang belum sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen bersifat menghambat dekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut terawetkan di dalam lapisan-lapisan gambut.
Lazimnya di dunia, disebut sebagai gambut apabila kandungan bahan organik dalam tanah melebihi 30%; akan tetapi hutan-hutan rawa gambut di Indonesia umumnya mempunyai kandungan melebihi 65% dan kedalamannya melebihi dari 50cm. Tanah dengan kandungan bahan organik antara 35–65% juga biasa disebut muck.
Pertambahan lapisan-lapisan gambut dan derajat pembusukan (humifikasi) terutama bergantung pada komposisi gambut dan intensitas penggenangan. Gambut yang terbentuk pada kondisi yang teramat basah akan kurang terdekomposisi, dan dengan demikian akumulasinya tergolong cepat, dibandingkan dengan gambut yang terbentuk di lahan-lahan yang lebih kering. Sifat-sifat ini memungkinkan para klimatolog menggunakan gambut sebagai indikator perubahan iklim di masa lampau. Demikian pula, melalui analisis terhadap komposisi gambut, terutama tipe dan jumlah penyusun bahan organiknya, para ahli arkeologi dapat merekonstruksi gambaran ekologi di masa purba.
Pada kondisi yang tepat, gambut juga merupakan tahap awal pembentukan batubara. Gambut boglintang tinggi pada akhir Zaman Es terakhir, sekitar 9.000 tahun yang silam. Gambut ini masih terus bertambah ketebalannya dengan laju sekitar beberapa milimeter setahun. Namun gambut dunia diyakini mulai terbentuk tak kurang dari 360 juta tahun silam; dan kini menyimpan sekitar 550 Gt karbon. yang terkini, terbentuk di wilayah
Gambut di Indonesia
Luas lahan gambut di Sumatra diperkirakan berkisar antara 7,3–9,7 juta hektare atau kira-kira seperempat luas lahan gambut di seluruh daerah tropika. Menurut kondisi dan sifat-sifatnya, gambut di sini dapat dibedakan atas gambut topogen dan gambut ombrogen.
Gambut topogen ialah lapisan tanah gambut yang terbentuk karena genangan air yang terhambat drainasenya pada tanah-tanah cekung di belakang pantai, di pedalaman atau di pegunungan. Gambut jenis ini umumnya tidak begitu dalam, hingga sekitar 4 m saja, tidak begitu asam airnya dan relatif subur; dengan zat hara yang berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa tumbuhan, dan air hujan. Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai.
Gambut ombrogen lebih sering dijumpai, meski semua gambut ombrogen bermula sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen lebih tua umurnya, pada umumnya lapisan gambutnya lebih tebal, hingga kedalaman 20 m, dan permukaan tanah gambutnya lebih tinggi daripada permukaan sungai di dekatnya. Kandungan unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan gambut dan dari air hujan, sehingga tidak subur. Sungai-sungai atau drainase yang keluar dari wilayah gambut ombrogen mengalirkan air yang keasamannya tinggi (pH 3,0–4,5), mengandung banyak asam humus dan warnanya coklat kehitaman seperti warna air teh yang pekat. Itulah sebabnya sungai-sungai semacam itu disebut juga sungai air hitam.
Gambut ombrogen kebanyakan terbentuk tidak jauh dari pantai. Tanah gambut ini kemungkinan bermula dari tanah endapan mangrove yang kemudian mengering; kandungan garam dan sulfida yang tinggi di tanah itu mengakibatkan hanya sedikit dihuni oleh jasad-jasad renik pengurai. Dengan demikian lapisan gambut mulai terbentuk di atasnya. Penelitian di Sarawak memperlihatkan bahwa gambut mulai terbentuk di atas lumpur mangrove sekitar 4.500 tahun yang lalu; pada awalnya dengan laju penimbunan sekitar 0,475 m/100 tahun (pada kedalaman gambut 10–12 m), namun kemudian menyusut hingga sekitar 0,223 m/100 tahun pada kedalaman 0–5 m. Agaknya semakin tua hutan di atas tanah gambut ini tumbuh semakin lamban akibat semakin berkurangnya ketersediaan hara.
Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dibangun di atas lahan gambut ombrogen. - Aluvial
Tanah adalah lapisan kulit bumi yang tipis yang terletak paling atas dari permukaan bumi. Tanah tidak terjadi begitu saja melainkan melalui proses yang cukup panjang. Dari proses pembentukan tersebut terciptalah berbagai jenis tanah. Adapun faktor - faktor pembentuk tanah, diantaranya:1. Iklim, yaitu curah hujan dan suhu sekitar. Semakin tinggi curah hujan maka proses pencucian tanah akan semakin cepat sehingga tanah menjadi asam dengan PH rendah, tanah ini kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian.Sebaliknya bila suhu di sekitar tinggi, maka proses pelapukan bahan induk tanah akan semakin cepat dan tanah semakin cepat terbentuk.2. Organisme seperti mikroorganisme atau jasad renik cukup membantu dalam proses pembentukan humus. Humus adalah zat yang dibutuhkan tanah agar membentuk tanah yang subur. Daun–daun dan ranting yang jatuh ke permukaan tanah lama–lama akan membusuk dengan bantuan mikroorganisme tersebut. Kemudian selanjutnya terbentuklah humus.3. Bahan induk tanah seperti batuan vulkanik (berasal dari gunung berapi), batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf akan hancur dan mengalami pelapukan kemudian menjadi tanah.4. Topografi atau kontur wilayah. Wilayah yang konturnya miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis dibandingkan tanah yang ada di wilayah yang datar. Perhatikan pula drainase atau sistem pengairannya. Tanah yang terlalu sering tergenang memiliki kandungan tanah yang asam. Tanah seperti ini kurang baik untuk ditanami.5. Waktu, tanah akan mengalami pelapukan dan pencucian terus menerus sehingga lama kelamaan akan menjadi semakin tua dan kehilangan unsur hara. Unsur hara seperti mineral adalah yang paling dibutuhkannya dalam pembentukan tanah baru.Tanah alluvial adalah jenis tanah muda yang dalam proses pembentukannya masih terlihat campuran antara bahan organik dan bahan mineralnya.Dari berbagai macam jenis tanah yang ada, tanah yang paling mudah terbentuk adalah tanah alluvial. Tanah ini terbentuk dari endapan lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah. Sifat tanahnya cenderung subur karena masih terdapat banyak kandungan mineralnya yang merupakan unsur hara dan bisa dijadikan lahan pertanian.Ini adalah jenis tanah muda yang belum mengalami perkembangan dengan keadaan tanah yang selalu basah dan PH yang berubah–ubah.Tanah alluvial tersebar di dataran alluvial pantai, alluvial sungai , dan daerah cekungan. Tanaman yang cocok tumbuh di tanah alluvial contohnya adalah bawang merah. - Regosol Tanah regosol adalah tanah yang berasal dari endapan abu vulkanik. Ketika sebuah gunung api meletus, maka akan dikeluarkan berbagai material dari dalam perut bumi. Material ini kaya akan zat hara yang penting untuk kesuburan tanah. Karena itu, tanah regosol terdapat hanya di daerah yang memiliki aktivitas gunung api.
Ciri Tanah Regosol
Ciri-ciri fisik tanah regosol adalah memiliki butiran kasar. Ciri lainnya adalah belum menampakkan adanya perlapisan horisontal. Warna bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, coklat dan coklat kekuningan. Itu karena bergantung pada material dominan yang dikandungnya.
Contoh penyebaran tanah regosol di Indonesia adalah di Sumarta, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Tanah regosol dimanfaatkan untuk pertanian khususnya tanaman padi, tebu, kelapa, tembakau, sayuran dan palawija.
Tak Ada Tanah Regosol di Kalimantan
Tanah Regosol
Khusus di Indonesia, terdapat dua jalur gunung api dunia yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. Sepanjang kedua jalur ini membentang gunung api aktif yang siap mengeluarkan muntahan abu vulkanik kapan saja.
Jalur Sirkum Pasifik mengelilingi Samudra Pasifik. Jalur ini di Indonesia memotong dari utara Pulau Sulawesi, Pulau Halmahera hingga Papua. Jalur Sirkum Mediterania untuk wilayah Indonesia melalui Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Maluku.
Wilayah Pulau Kalimantan tidak dilalui kedua jalur ini. Itu sebabnya tidak ada gunung api di pulau ini. Tidak ada gunung api, berarti tidak ada tanah regosol yang berasal dari endapan abu vulkanik.
Keuntungan dan Kerugian Daerah Gunung Api
Walau tinggal di lereng gunung api terkesan berbahaya, namun banyak orang masih memilih tinggal di daerah ini. Mengapa ? Itu karena kesuburan yang terjadi setelah terjadi letusan gunung api. Endapan abu vulkanik yang dikeluarkan ketika gunung meletus adalah bahan utama tanah regosol yang subur.
- Litosol
- Latosol
- Grumosol
- Podsolik Merah Kuning
- Podsol
- Andosol
- Mediteran Merah Kuning
- Hidromorf Kelabu (gleisol)
- Tanah Sawah (Paddy soil)
Kerusakan Tanah dan Dampaknya Bagi Kehidupan
Kerusakan Tanah yang terjadi saat ini merupakan dampak pemanfaatan lingkungan yang tidak terkontrol sehingga mengakibatkan terjadinya krisis lingkungan. Dampak yang sangat terasa dalam kehidupan manusia adalah berkurangnya lahan subur yang menjadikan semakin menipisnya lahan yang bisa dijadikan lokasi produksi kebutuhan agraris manusia.
Semoga Bisa Bermanfaat Bagi Para Pembaca